Sabtu, 31 Oktober 2015

Melaikat Maut yang Lapar

Wajah-wajah runtuh di tepi kelabu
Samar mereka menghantui malamku
Siapa mereka?
Aku tak tahu
Mungkin mereka cuma malaikat kematian
yang sudah kelaparan mencabut nyawaku

Mungkin mereka jengkel,
mendengarku yang plin-plan
merengek kematian saat fajar menjelang
dan memelas kesempatan saat malam tiba
Mere jengkel karena harus terbang dunia-akhirat
Hingga memilih meunggu di sampingku, di luar jendela kamarku.

Waktu memilih membeku
Saat tengah malam, di tengah bulan bergairah
Kubuka tirai jendela kamar
Kusapa mereka yang lelah menunggu,
kutawari mereka minuman
dan sekedar jajanan kecil

"kami hanya ingin nyawamu segera lulus dari raga"
Begitu ujar mereka.
Begitupun diriku, jawabku ramah.
Andai kau bisa bernegoisasi dengan Tuhan
bisakah kau minta ia cabut nyawaku sekarang

Untuk apa bernyawa,
bila pada akhirnya mencari kesempurnaan
sebuah identitas, dan sebuah surga

Untuk apa menjadi manusia,
apabila engkau berusaha berbuat baik untuk kaya
berusaha baik untuk disenangi

Cabutlah nyawaku sekarang,
aku ingin melamar jadi malaikat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar