Jumat, 23 Oktober 2015

Mengingat. Bagian satu

Aku sudah kehilangan diri
Makna, nafsu, dan candu pada hidup
Begitupun pada mati,
Seiring dengan senja yang menua,
kuhela nafas
Sakit.
Hampa.
Sakit yang begitu hampa.
Seperti sore ini,
aku bertanya pada Tuhan,
seakan aku percaya padanya.
Aku berbicara pada Tuhan,
seakan dia mendengarkanku
Tidak, percaya padaNya
Hanya letih aku mengabaikannya.

Di sudut meja, pojok menyepi di Yeski Cafe
di hadapan sepiring kwetiau panas dan segelas teh hangat
aku berusaha memutar sekrup kepalaku,
seperti Watanabe dalam Nowergian Wood.
Entah sampai kapan,
sekrup ini akan bertahan