Selasa, 03 November 2015

D'Journal page 1




Kota Udang, 1 November 2015
 


Mulai saat ini, aku memulai halaman Journal di blog ini. Isinya, sebagaimana jurnal lainnya, berisi tentang kehidupanku sehari-hari. Halaman tempat menampung tetes-tetes air kehidupan yang masih terus mengalir. Bukan sebuah kehidupan yang terlalu istimewa, kukira, tapi, aku percaya bahwa setiap individu mendapat kiriman paduan hidup melalui setiap helai dedaunan yang jatuh di sungai kehidupannya. Halaman ini, hanyalah sebuah bingkai untuk mengabadikan helai-helai daun tersebut, agar aku tak mudah melupakannya. Kalaupun akhirnya lupa, aku dapat membuka kembali bingkai ini, untuk  memanggil kembali ingatan tersebut, dan membaca ulang paduan kehidupanku.

Oke, hari ini adalah hari Minggu, dan minggu depan, adalah minggu terakhir UTS di fakultasku. Tersisa dua mata kuliah lagi, senin untuk Ekonomi Keuangan Internasional, dan rabu untuk ujian Ekonomi Kependudukan. Keduanya ujian yang cukup mudah, dan sejujurnya, aku merasa tidak perlu banyak belajar untuk kedua mata kuliah ini… Tidak bermaksud sombong, tapi memang sejujurnya aku jarang belajar belajar serius untuk seluruh mata kuliah di fakultasku, dan Alhamdulillah… bisa mendapat hasil yang cukup memuaskan.

Hari Minggu, buatku, adalah hari membaca dan menulis. Setelah bangun dan cuci muka, seperti reflek, aku langsung mengambil buku apa saja yang ada dalam jangkauanku, dan langsung membacanya minimal 50 halaman di teras belakang. Aku memulai kebiasaan ini sejak kuliah. Bukan berarti awalnya aku tidak suka membaca, hanya saja aku tidak disiplin soal hobi ini. Sebelumnya, aku hanya membaca saat aku ingin dan merasa ada waktu(Waktuku sangat sibuk, sebagian besar waktuku habis untuk menamatkan seri-seri game Haverst Moon. Kalau bukan itu, berburu gambar dan video idol group). Biasanya, sekali ada niat buat membaca, apapun, aku akan menghabiskan waku hingga satu buku tersebut bisa langsung tuntas.

Kebiasaanku yang selalu “bayar lunas” dalam membaca itu, berakibat buruk untuk kesehatan fisik. Aku sering mengabaikan kapasitas tubuh, bahkan saat badanku sudah menjerit-jerit lelah karena kelamaan menunduk dan duduk diam dalam waktu yang sangaaat lama, aku tetap steady dengan posisi membaca awalku. Otak dan badanku memang sering berkonflik ria, mungkin kalau dibuat film perang, sekarang sudah mencapai 456 judul. Gak kelar-kelar. Aku hanya merasa pada saat itu, bacaan setebal apapun, harus selesai saat itu juga, karena kalau tidak, aku akan kehilangan minat pada buku itu di masa depan, dan akhirnya hanya mendapat serpihan ilmu dari buku tersebut.  Sayang banget. 

Akhirnya, aku sering mengalami pega-pegal dan sakit di bagian leher. Sebagai tambahan, saat SMA, aku mendapat minus mata yang cukup parah, kedua mataku minus 2, dengan ada silinder di bagian kiri. Heehhhh….  Untuk informasi, sejak SMP, aku sudah divonis(bahasanya…) mengidap buta warna, meskipun bukan buta warna penuh sih, cuma sebagian, untungnya. Aku membayangkan seandainya aku benar-benar buta warna total, pasti aku ogah mengendarai mobil atau motor sendirian. Bisa-bisa mati muda gara-gara nerobos lampu merah terus. Kalau gak mati muda…. Ya minimal jatuh miskin lah gara-gara keseringan ditilang polisi. Hehehe… 

Nah, kebiasaan buruk ini berubah semenjak aku masuk kuliah, dan ketemu seorang senior di kampus yang mengajarkan pola belajar yang benar dan terkendali. Makasih, senpai…. :)

Sejak saat itu, aku mencoba mendisiplinkan diri dan mengubah presepsiku sehingga bisa sekarang aku bisa mendiversifikasi durasi membacaku berdasarkan kapasitas tubuh dan periode waktu yang lebih teratur. Sekarang, aku membaca setiap hari, 7 hari dalam seminggu, namun dengan batasan minimal 50 halaman dan maksimal 80 halaman, yang bisa dipecah lagi pada beberapa buku. Jadi dalam satu hari, aku bisa membaca antara 2-3 buku, dengan banyaknya halaman yang berbeda, tergantung selera. Hasilnya.. ya lumayan progress sih, aku bisa mengontrol kebiasaanku dengan ketersediaan waktu kuliah, sekaligus membaca lebih banyak buku dalam satu hari. Benar-benar bermanfaat buatku. Sekali lagi, makasih banget senpaiiiii….

O ya, khusus hari Minggu, aku mengalokasikan waktu lebih banyak, biasanya antara 2-3 jam, jadi kemungkinan aku bisa membaca lebih banyak, biasanya hingga 200 halaman. Teliti, ya? Ya… aku suka menghitung selisih halaman awal dan halaman akhir aku membaca. Sebuah kebiasaan, sepertinya sejak kecil. Rasanya seperti kalau kita udah ngelewatin banyak hal, dan pada titik tertentu, kita pasti ingin menengok ke belakang untuk melihat seberapa jauh kita melangkah. Ngerti kan? 

Salain membaca, aku punya kesenangan lain. Setiap hari, aku selalu bangun kesiangan, antara jam 9-10, dalam interval itu biasanya aku baru terbangun(Tentu saja saat ndak ada kuliah pagi). Terkadang, interval itu bisa jebol saat malam sebelumnya aku keterusan menontot anime hingga waktu menjelang subuh. Pernah suatu hari, saat aku selesai mendownload dua season anime Working!, aku melalap habis satu season plus 4 episode di sesason selanjutnya, aku berhenti karena aku mendengar suara kran air dihidupkan. 

Ah! Saat itu aku baru sadar, bahwa hari sudah beranjak subuh. Ayahku selalu bangun tepat 5 menit setelah adzan subuh berkumandang. Berarti sekarang udah sekitar jam 04.35! Beberapa detik setelah itu, aku kembal sadar, ada kuliah pagi!! Jam 7 lagi.. Akhh!!!! Boleh bolos gak ya??
Aku buru-buru mematikan laptop, dan menyalakan agenda di HP. 

Pukul 07.00  Ekonomi Perkotaan
( Tugas pengumpulan data PDRB kota-kota di Indonesia)

Sial… ada tugas, mana dosen killer pula. Bolos jelas bukan alternative lagi, karena Mama juga gak bakal ngijinin. Tidur udah jadi sebuah kemustahilan mulai detik itu. Akhirnya, terpaksa aku kembali menyalakan laptop, menyalakan tethering HP, dan mulai ngebut nyari data buat tugas. 

Sayangnya, saat itu pula aku tersadar, paketan internet HP udah habis sejak dua hari lalu.  Download animepun aku terpaksa harus ke warnet dan ambil paket tiga jam. Haduhhh.. Gimana terus ini??

Dalam keterpurukan itulah, kamar pintuku terbuka, dan sosok Mamaku yang anggun luar biasa dengan daster tidur dan rambut acak-acakan muncul. Sedetik dua detik, Mama menatapku seperti layaknya seorang induk kucing hutan yang berusaha keras melindungi anaknya yang terluka dari serangan babi liar.
Lalu, Mamaku bertanya dengan lembut,
“ Gak tidur lagi semalam?”
“ Iya ma….”
“ Dasar goblok….*” Lalu, Mamaku berlalu. Senyap.

 Aku terpekur beberapa saat, menyadari kebenaran kata-kata Mama, sambil terus berpikir mencari jalan keluar. Gak bakal sempat mampir ke warnet 24 jam dekat kampus. Pasti udah mepet, dan butuh banyak waktu. 

Tiba-tiba, sebuah ide brilian terlintas. Memang benar nyata adanya The Power of Kepepet, aku segera membuka kontak, dan menelpon salah seorang teman, Andi,
“Halo, Ndi”
“hmm….” Sepertinya dia masih ngantuk.
“ Maaf ya, ganggu. Bisa minta tolong?”
“Apaan…?”
“ Boleh minta printkan data PDRB kota buat nanti ndak? Aku lagi habis kuota niee.. pliss ya? Ya?”
“ Ho… Hu…hu um…”
“Bisa kan, Ndi?”
“Hmm….”
“NDI!”
“Iya iya, cerewet….”
“ Makasih banget yaaa…..” Telepon kuputus.
Huffttt beres lah. Meskipun sejenak aku merasa antara lega dan hina. Lega karena tugas sudah aman, dan hina karena setelah bertumpuk tumpuk buku yang kubaca, lembar-lembar pengetahuan yang kukumpulkan, aku masih berakhir denga nyontek tugas teman.  Sudahlah.


P.S : Omong2, Andi ternyata benar-benar dalam keadaan setengah sadar. Dia tidak paham yang dia ucapkan atau dengar, dan akibatnya dia tidak mengeprintkan tugas untukku. Jadilah jadi. Keliatannya untuk ujian besok aku harus sedikit serius belajar untuk menjaga nilai….

*= Mamaku adalah orang tua yang sabar dan penyayang pada anak-anaknya. Bahasanya yang agak kasar itu sebenarnya adalah karena kedekatannya dengan anak-anak, sehingga batasan formal seringkali diabaikan… hehehe maafkan ya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar