Selasa, 03 November 2015

D'Journal page 2

Kota Udang, 2 November 2015

Seringkali hidup tidak memberi kita banyak pilihan. Keterbatasan pilihan itu disebabkan karena ketidakberdayaan kita sebagai individu dan anggota kelompok masyarakat dalam menangani situasi di sekitar. Ketidakberdayaan tersebut, seringkali pula, disebabkan karena terbatasnya pengetahuan dan informasi kita untuk mengenal atau mengidentifikasi kondisi yang sedang terjadi melalui serangkaian gejalan yang. Sayangnya, tak banyak dari kita yang bisa menalar hingga titik itu. 

Mereka bilang, ketidakberdayaan adalah kelemahan alamiah manusia. Jika begitu adanya, mungkin akan lebih baik jika kita tidak perlu hidup sebagai manusia.

Kelemahan adalah kesalahan karena kita menolak untuk memaksa diri mengetahui lebih jauh tentang sesuatu. Kelemahan adalah akibat dari ketidakberdayaan kita mengalahkan diri kita sendiri.

Hari ini aku bertemu dengan ketua koperasi mahasiswa pusat di universitas yang sudah lama menyimpan konflik organisasi dengan koperasi yang kini aku kelola, koperasi mahasiswa ekonomi pembangunan. Yah... sebenarnya bukan masalah besar. Pilihannya : aku mempertahankan koperasiku sebagai koperasi indenpenden yang bergerak di bawah lindungan HIMA sekedar sebagai tempat pembelajan, atau merelakannya lebur dengan KOPMA. Sekali lagi, sebenarnya bukan masalah besar.

Jika dipikirkan dengan logika, mungkin memang seharusnya aku memilih untuk melebur dengan koperasi pusat, mendapat perlindungan, legalitas, dan tidak usah bersusah payah. Setelah itu, aku tinggal lulus dengan mudah dan tanpa beban tanggung jawab. Sebagai bonus, aku bisa menulis di CV ku sebagai "Ketua perwakilan cabang koperasi mahasiswa UNAIR". Nyaman dan mudah sekali.

Namun, aku memilih menolaknya. Bodoh mungkin. Mengingat banyak kelemahan dan hambatan yang ada di koperasi yang sekarang aku pimpin. Semuanya membuat aku dan tim pengurusku lelah dan putus asa.

Alasannya?
Sederhana saja. Tidak perlu alasan yang terlalu muluk dan idealis karena aku juga bukan tipe idealis sejak dua tahun lalu. Satu alasan utama aku menolaknya : Agar menarik. Egois? mungkin. Tapi bukankah semua hal di dunia ini terjadi karena keegoisan manusia?

Dari keegoisanlah, muncul orang-orang ambisius, lalu dari merekalah, pergerakan tercipta. Segala jargon dan visi diciptakan oleh keegoisan untuk memenuhi keinginan diri.
Menjadi ketua, wakil, atau pejabat organisasi, bagiku tidak lebih dari ajang aktualisasi, yang berarti memanfaatkan wadah kebersamaan untuk memenuhi kepuasan diri. Dari kumpulan keegoisan itulah muncul benturan, dan akhirnya membentuk kompromi yang bertujuan agar keegoisan pribadi itu bisa ditrnasformasikan menjadi keegoisan kelompok.

Semua sama saja.

Lalu, itukah alasanku menolak memilih melebur dengan kopeasi pusat?

Sayangnya, bukan.

Aku melakukannya, karena kurasa hal itu akan menarik. Seperti bertanding melawan raksasa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar